Jumat, 10 Juni 2011

BERSYUKUR

Salah satu akhlaq yang sangat tinggi nilainya dalam Islam adalah bersyukur. Demikian tinggi nilainya sehingga tidaklah salah kalau kita mengatakan bahwa syukur itu mempunyai keagungan dan kedahsyatan yang mengagumkan. Marilah kita lihat beberapa ayat Al-Quran yang mengungkapkan keagungan dan kedahsyatan syukur. Al-Quran menginformasikan, sekurang kurangnya ada 4 keutamaan syukur:

1. Menyebabkan Terhindarnya Siksaan

”Mengapa Allah akan menyiksamu. Jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Syukur lagi Maha Mengetahui”. (Surat An-Nisa’; 04 : 147).

Secara gamblang ayat tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba Nya yang bersyukur dan beriman.

Dalam kitab Tarjamah Al-Quran Al-Hakim karangan Salim Bahreisy dan Abdullah Bahreisy frase Maa yaf ’alullaahu bi ’adzaabikum, diterjemahkan dengan ”Untuk apa Allah akan menyiksamu”. Dalam kitab The Holy Quran, karangan Yusuf Ali, frase tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris “What can God gain by your punishment…”

Dalam kitab Tafsir Jalalain frase tersebut diberi tambahan keterangan “Pertanyaan ini berarti “tidak”, jadi maksudnya Allah tidaklah akan menyiksamu”.

Disini kita temukan bahwa SYUKUR itu digandengkan Allah dengan IMAN. Artinya antara syukur dan iman itu saling melengkapi. Bersyukur dalam keadaan beriman, dan beriman dalam keadaan bersyukur. Bersyukur saja tidak cukup kalau belum beriman, dan beriman saja belumlah sempurna kalau tidak bersyukur. Dan bagi hambaNya yang beriman dan bersyukur, Allah tidak akan menyiksa mereka. Subhanallaah.

2. Menyebabkan Bertambahnya Nikmat

Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih””. (Ibrahim; 14 : 7)

Dalam ayat diatas, Allah menyatakan pasti akan menambah nikmat apabila hambaNya bersyukur. Janji Allah tersebut diatas dikuatkan dengan kata kata ”pasti”, dan tidak ada syarat apapun setelahnya. Artinya, secara absolut orang orang yang bersyukur akan diberi oleh Allah tambahan nikmatnya.

Pernyataan dalam ayat tersebut diatas diperkuat lagi dengan ayat lain yang menyatakan bahwa syukur seorang hamba itu adalah untuk dirinya sendiri, sedangkan Allah sama sekali tidak memerlukan syukur itu:

Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Luqman; 31 : 12)

3. Balasan Syukur Adalah Mutlak Tanpa Syarat

Balasan bagi hamba yang bersyukur itu mutlak, tanpa batasan dan tanpa syarat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam akhir ayat 145 Surat Ali Imran:

Dan Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur (Ali Imran; 03 : 145).

Hal itu berbeda dengan janji Allah berkenaan dengan hal hal lainnya, misalnya:

Begitu juga dengan Surat At-Taubah, pada penggalan dalam ayat 15 yang menyatakan:

Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. (At-Taubah; 09 : 15).

4. Dibenci Oleh Iblis

Karena demikian agung dan dhasyatnya syukur itu, maka iblis sangat membenci orang orang yang bersyukur. Ketika iblis mengetahui keagungan dan kedahsyatan syukur, iblis langsung menyusun action program, dan membuat statement:

”Kemudian aku akan mendatangi mereka dari hadapan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (Al-A’raaf; 07 : 17)

Al-‘Aadiyat; 100 : 6

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhan-nya”

itu adalah karena godaan syetan, yang memang sangat tidak menyukai melihat manusia menjadi ”abdan syakura”

sudahkan kitacukup bersyukur

“Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim; 14 : 7)

Ayat yang sangat terkenal tersebut diatas memberikan kita pemahaman bahwa sikap manusia terhadap nikmat Allah dibedakan atas dua kelompok yaitu yang bersyukur dan yang mengingkari (kufur). Bagi mereka yang bersyukur Allah menjanjikan tambahan nikmat. Sedangkan bagi mereka yang kufur, diancam dengan azab yang sangat pedih.

Dan bagi mereka yang bersyukur, selain mendapatkan tambahan nikmat dari Allah, syukurnya tersebut adalah untuk dirinya sendiri, sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al-Quran:

Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Luqman; 31 : 12)

Alangkah indahnya ganjaran Allah bagi mereka yang mau bersyukur. Namun sayangnya manusia banyak yang mengingkari nikmat-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat berikut ini:

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhan-nya” (Al-‘Aadiyah; 100 : 6)

“Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih”. (Al-Isra’; 17 : 67)

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya,. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” (Ibrahim; 14: 34)

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Az-Zumar; 39 : 49)

Sehubungan dengan kecenderungan manusia untuk tidak bersyukur, Allah berkali-kali mengingatkan kita agar tidak lupa bersyukur atas nikmat Allah yang manapun. Peringatan Allah tersebut antara lain kita temukan dalam ayat-ayat berikut:“Dan terhadap nikmat Tuhan-mu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (Adh-Dhuha; 93 : 11)

“Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”. (Al-Baqarah; 2: 152)

Karena itu sudah sepantasnyalah kita bertanya kepada diri kita masing-masing ”apakah kita sudah cukup bersyukur”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar